Minggu, 28 Februari 2016

Edisi Birth Day 08 Desember 2014

Sore itu, delapan Desember 2014, aku duduk sendiri dan langit pun tertutupi dengan awan hitam tebal dan tidak lama kemudian terjadilah proses alam/siklus air dimana tempat aku berada saat itu.
Aku mulai kebingungan, sebenarnya ini adalah keinginan hatiku. Pikiranku tidak sanggup untuk melakukan ini. Terkadang hatiku tidak memahami sampai dimana kemampuan otakku berpikir. Itu artinya hatiku punya rasa ego yang tinggi terhadap organ tubuh ku yang lain. Tetapi walau demikian aku tetap mencoba dengan hanya motivasi semagat.
Disudut kota ini, tepat dibagian selatan kota Balikpapan dimana saya berada saat ini. Disebuah mess tercinta. Merenung, mengingat akan cita-cita jadi seorang motivator. Sebenarnya bukan sebuah cita-cita sich, namun hanya sebuah keinginan kuat saja. Karna saya ingin menadi berkat bagi setiap orang dan bangsa-bangsa. Menjadi seorang motivator masih sangat jauh diujung tanduk, dan belum terlihat gambaran yang menunjukkan yang mengarahkan aku kesana.
Untuk yang kesekian kalinya aku mencoba untuk menulis. Kali ini aku teringat akan perjuangan kedua orangtua ku. Mereka berdua berasal dari latar belakang keluarga yang cukup mampu, katakanlah bilamana kita kategorikan dalam kelas sosialnya, mereka ada di posisi menengah keatas. Namun sangat kontras dengan apa yang mereka alami saat ini, berbanding terbalik dengan apa yang mereka alami dimasa lalunya. Dengan ini, mengingatkan saya akan rumus matematika GARIS SEJAJAR. Apabila ditarik garis lurus, tak akan ada titik temunya. Begitulah yang bisa aku lihat saat ini. Barangkali mereka menikmati masa lalunya tidak begitu bijak dan bersyukur pada saat itu. Filsafat hidup bagaikan RODA PEDATI telah menjawab apa yang sudah terjadi. Sebenarnya aku tidak ingin mengatakan itu adalah gambaran dfilsafat roda pedati tersebut. Saya merasa berdosa dengan menjudge demikian, dan itu adalah salah. Aku tidak pernah menganggap mereka melakukan tindakan-tindakan yang kurang bijak. Sebab semua proses telah ditentukan Tuhan untuk kita masing-masing. Aku sayang pada mereka.
Aku sangat mengapresiasi perjuangan mereka. Walaupun kebijakan-kebijakan yang mereka putuskan terkadang kurang arif dalam menuntun anak-anaknya. Terkadang mereka tidak bisa memutuskan sesuatu dengan kompromistis dihadapanku dengan kakak-kakak dan adik-adikku. Dulu aku anggap itu adalah hal yang biasa, namun kini aku bisa memandang itu jauh lebih jelas sebab aku berdiri diatas bahu raksasa dan menyatakan itu adalah suatu proses yang salah yang mereka pertontonkan saat mengemudikan kapal berlayar yang sedang mereka nakhodai itu Dan masih banyak lagi koreksi yag telah terevaluasi seiring berjalannya waktu. Aku semakin memahaminya, untuk kesekian kalinya aku tidak ingin menyalahkan mereka. Mereka bukan salah namun belum menguasainya.
Disamping itu, bukan tidak banyak pelajaran hidup yang mereka berikan bagi aku, baik secara langsung maupun tidak. Aku bertumbuh dengan SEDERHANA, SABAR dan tetap BERSYUKUR. Aku yakin dengan semua itu bisa menuntun aku dalam hidup ini. Seorang Extraordinary People bukan dilihat dari kehebatan serta kekayaannya, namun lebih banyak dari mereka yang menjadi teladan atas kesederhanaan dan kebaikan mereka. Maka itu, sangat beralasan ketika aku bersyukur dengan apa yang terjadi pada diriku saat ini dan memotivasi diri lebih bijak lagi. Apa yang aku rasakan saat ini adalah balasan doa yang telah orangtuaku panjatkan kepada Tuhan. Sebuah tanggungjawab yang mereka pegang teguh. Kini besok usia ku bertambah satu tahun, semua ini adalah anugrah yang Tuhan berikan. Inilah jawaban doa dari mereka, saudara-saudaraku, serta orang yang aku cintai dan yang mencintai aku. Aku bangga memiliki kalian semua. I love you all. I love you Jesus. It’s all about You, Jesus. I testify that my life in the glory of God. My beloved parents, I pray and hope for both of you always health, be the blessing for all the people, and also you are heroes.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar