Sore itu, delapan Desember 2014, aku duduk sendiri
dan langit pun tertutupi dengan awan hitam tebal dan tidak lama kemudian
terjadilah proses alam/siklus air dimana tempat aku berada saat itu.
Aku mulai kebingungan, sebenarnya ini adalah
keinginan hatiku. Pikiranku tidak sanggup untuk melakukan ini. Terkadang hatiku
tidak memahami sampai dimana kemampuan otakku berpikir. Itu artinya hatiku
punya rasa ego yang tinggi terhadap organ tubuh ku yang lain. Tetapi walau
demikian aku tetap mencoba dengan hanya motivasi semagat.
Disudut kota ini, tepat dibagian selatan kota
Balikpapan dimana saya berada saat ini. Disebuah mess tercinta. Merenung,
mengingat akan cita-cita jadi seorang motivator. Sebenarnya bukan sebuah
cita-cita sich, namun hanya sebuah keinginan kuat saja. Karna saya ingin menadi
berkat bagi setiap orang dan bangsa-bangsa. Menjadi seorang motivator masih
sangat jauh diujung tanduk, dan belum terlihat gambaran yang menunjukkan yang
mengarahkan aku kesana.
Untuk yang kesekian kalinya aku mencoba untuk menulis.
Kali ini aku teringat akan perjuangan kedua orangtua ku. Mereka berdua berasal
dari latar belakang keluarga yang cukup mampu, katakanlah bilamana kita kategorikan
dalam kelas sosialnya, mereka ada di posisi menengah keatas. Namun sangat
kontras dengan apa yang mereka alami saat ini, berbanding terbalik dengan apa
yang mereka alami dimasa lalunya. Dengan ini, mengingatkan saya akan rumus
matematika GARIS SEJAJAR. Apabila ditarik garis lurus, tak akan ada titik
temunya. Begitulah yang bisa aku lihat saat ini. Barangkali mereka menikmati
masa lalunya tidak begitu bijak dan bersyukur pada saat itu. Filsafat hidup
bagaikan RODA PEDATI telah menjawab apa yang sudah terjadi. Sebenarnya aku
tidak ingin mengatakan itu adalah gambaran dfilsafat roda pedati tersebut. Saya
merasa berdosa dengan menjudge demikian, dan itu adalah salah. Aku tidak pernah
menganggap mereka melakukan tindakan-tindakan yang kurang bijak. Sebab semua
proses telah ditentukan Tuhan untuk kita masing-masing. Aku sayang pada mereka.
Aku sangat mengapresiasi perjuangan mereka. Walaupun
kebijakan-kebijakan yang mereka putuskan terkadang kurang arif dalam menuntun
anak-anaknya. Terkadang mereka tidak bisa memutuskan sesuatu dengan
kompromistis dihadapanku dengan kakak-kakak dan adik-adikku. Dulu aku anggap
itu adalah hal yang biasa, namun kini aku bisa memandang itu jauh lebih jelas
sebab aku berdiri diatas bahu raksasa dan menyatakan itu adalah suatu proses
yang salah yang mereka pertontonkan saat mengemudikan kapal berlayar yang
sedang mereka nakhodai itu Dan masih banyak lagi koreksi yag telah terevaluasi
seiring berjalannya waktu. Aku semakin memahaminya, untuk kesekian kalinya aku
tidak ingin menyalahkan mereka. Mereka bukan salah namun belum menguasainya.
Disamping itu, bukan tidak banyak pelajaran hidup
yang mereka berikan bagi aku, baik secara langsung maupun tidak. Aku bertumbuh
dengan SEDERHANA, SABAR dan tetap BERSYUKUR. Aku yakin dengan semua itu bisa
menuntun aku dalam hidup ini. Seorang Extraordinary People bukan dilihat dari
kehebatan serta kekayaannya, namun lebih banyak dari mereka yang menjadi teladan
atas kesederhanaan dan kebaikan mereka. Maka itu, sangat beralasan ketika aku
bersyukur dengan apa yang terjadi pada diriku saat ini dan memotivasi diri
lebih bijak lagi. Apa yang aku rasakan saat ini adalah balasan doa yang telah
orangtuaku panjatkan kepada Tuhan. Sebuah tanggungjawab yang mereka pegang
teguh. Kini besok usia ku bertambah satu tahun, semua ini adalah anugrah yang
Tuhan berikan. Inilah jawaban doa dari mereka, saudara-saudaraku, serta orang
yang aku cintai dan yang mencintai aku. Aku bangga memiliki kalian semua. I
love you all. I love you Jesus. It’s all about You, Jesus. I testify that my
life in the glory of God. My beloved parents, I pray and hope for both of you always
health, be the blessing for all the people, and also you are heroes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar