Jumat, 12 Oktober 2018

Pribadi Yang Berguna

Artikel ini bagian dari metamorfosis penulis. Meskipun ini hanya sebagian kecilnya saja. Berguna berasal dari kata dasar guna. Secara tata bahasa kata guna disandingkan dengan awalan ber- menjadi kata sifat dalam bahasa Inggris, Useful.
Makna dari kata sifat biasanya menjelaskan suatu benda. Tidak bisa berdiri sendiri. Sehingga satu sama lain antara kata sifat dan kata bendanya saling berkaitan. Sehingga punya arti yang sempurna dalam penafsirannya.
Demikian sekilas landasan teoritisnya. Namun tidak begitu erat kaitannya dengan inti artikel kali ini.
Kadang kita berpikir jadi orang berguna itu harus melakukan hal hal besar yang bisa membuat pengaruh yang signifikan terhadap sesuatu apapun itu.
Sebenarnya bukan harus melakukan hal hal besar makanya suatu aksi bisa dinilai berguna.
Berawal dari hal kecil. Dengan berdiam saja kita susah berguna bagi orang. Artinya dengan diam saja kita tidak mengganggu orang lain. Apalagi kita turut simpati dan empati, malah membantu dan mentransfer semangat positif bagi dia, siapapun itu,red.
Orang lain tidak menuntutmu atau kita utk berbuat lebih. Apalagi org didekatmu. Cobalah lakukan yang bisa kamu lakukan.
Penulis baru saja melewati masa dimana ketika pasangan baru melangsungkan pernikahan, biasanya masih dilumuri kebahagiaan. Benar memang bahagia itu kini lagi menghampiri penulis. Dimana setelah sembilan bulan setelah pernikahan kini kami tinggal menanti hari atas hari yang ditunggu tunggu, dimana sibuahati akan hadir mewarnai keluarga kecil kami. Doa penulis selalu yang terbaik. Semoga dilancarkan sampai hari yang telah Tuhan tentukan.
Dibalik itu, sesuatu yang mengganjal dalam hati penulis.
Penulis sedang meninggalkan istana sejenak sambil nyari tempat santai sambil nyeruput kopi hitam yang kiranya bisa menginspirasi. Ternyata seruputan kopi kini menggerakkan jari jemari penulis untuk menekan tun tun telepon genggam meskipun terlihat sangat halus dimata. Namun tidak mengurangi semangat untuk melanjutkan yang katanya inspirasi ini.
Penulis merasa ada kejanggalan yang sangat tidak mengenakkan dari dia. Hatinya yang keras kini lagi membatasi kasih yang dulunya sudah kami miliki.
Meskipun berjanji harus saling mencintai, namun hati yang keras tidak segan segan membuat hati jengkel. Penulis tidak tau apakah karena keadaan saat ini yang membuat semua ini jengkel? Sehingga moodynya tidak stabil? Bagaimana penulis harus menyelelesaikan? Tidak punya trik khusus untuk itu. Pasrahnya, seperti orang bilang waktulah yang menjawab.
Kembali ke ulasan awal kata berguna. Saat ini penulis melihat dia seakan tidak bisa berbuat apa apa. Namun disisi lain orang orang akan berkata apa dan kenapa yang membuat telinga jadi risih.
Fungsi sebagai istri kelihatannya tidak bisa ditunaikan semestinya. Inilah yang membuat hati ini ngenes..
Teguran dan nasehat silih berganti tidak mengubah kondisi. Yang terjadi malah mengundang amarah. Berdiam diri adalah hal yang tepat baginya. Sehingga menimbulkan kebuntuan kepada dua belah pihak.
Tidak menuntut dia harus kerja. Di istana saja banyak yang harus diselesaikan. Itu saja cukup. Ini malah sebaliknya.
Sering kali orang orang bertanya apa keseharian dia, dengan jawaban yang selalu menyemangati dia, mereka justru menyemangati pula.
Kata kata ini sering muncul "tidak perlu kerja, asalkan punya hati yang humble dan tidak tinggi hati".
Mangguk mangguk saja. Sambil merenung. Semoga tinggi hatinya hilang ditelan #*#*#.
Hanya ingin melakukan yang bisa dia lakukan saja sudah cukup. Tidak perlu menjadi orator dalam suatu aksi. Mendengar saja sudah ikut berjuang.
Dengan begitu abstrak dan sudut pandang yang susah ditafsirkan, penulis mengakhiri otak atik ini. Semoga Tuhan memulihkan keadaan ini. Hanya itu yang bisa dipanjatkan. Semoga!
Salam inspirasi.
Tigadolok, 12/10/2018